Aliran kas akhir umur proyek (terminal cash flow) merupakan aliran kas masuk yang diterima oleh perusahaan sebagai akibat habisnya umur ekonomis suatu proyek investasi.
Terminal cash flow akan diperoleh pada akhir umur ekonomis suatu investasi. Terminal cash flow ini dapat diperoleh dari nilai sisa (residu) dari aktiva dan modal kerja yang digunakan untuk investasi.
Nilai residu suatu investasi merupakan nilai aktiva pada akhir umur ekonomisnya yang dihitung dari nilai buku aktiva yang bersangkutan.
Besarnya nilai residu ini sangat penting dalam perhitungan biaya depresiasi dan aliran kas masuk perusahaan.
Sebagai misal, nilai buku dari suatu aktiva tetap adalah Rp. 10 juta. Tetapi saat dijual, laku seharga Rp. 12 juta.
Berarti perusahaan memperoleh laba sebesar Rp. 2 juta (laba ini sebenarnya merupakan capital gain).
Kalau misalkan perusahaan dikenakan pajak 20% atas capital gain tersebut, maka aliran kas dari nilai sisa ini adalah Rp. 12 juta – (Rp. 2 juta x 20%) = Rp. 11,6 juta.
Modal kerja yang digunakan oleh perusahaan akan selalu berputar setiap periode tertentu. Pada akhir umur ekonomis suatu investasi, modal kerja ini akan kembali ke posisi semula.
Artinya, setelah umur ekonomis aktiva yang bersangkutan habis, maka modal kerjanya tidak lagi terikat pada aktiva tersebut dan dapat digunakan untuk kegiatan yang lain.
Pada saat itulah modal kerja merupakan aliran kas masuk. Karena terjadinya hanya pada akhir umur ekonomis saja, maka aliran kas masuk yang berasal dari modal kerja termasuk dalam terminal cash flow.
Terminal cash flow akan diperoleh pada akhir umur ekonomis suatu investasi. Terminal cash flow ini dapat diperoleh dari nilai sisa (residu) dari aktiva dan modal kerja yang digunakan untuk investasi.
Nilai residu suatu investasi merupakan nilai aktiva pada akhir umur ekonomisnya yang dihitung dari nilai buku aktiva yang bersangkutan.
Besarnya nilai residu ini sangat penting dalam perhitungan biaya depresiasi dan aliran kas masuk perusahaan.
Sebagai misal, nilai buku dari suatu aktiva tetap adalah Rp. 10 juta. Tetapi saat dijual, laku seharga Rp. 12 juta.
Berarti perusahaan memperoleh laba sebesar Rp. 2 juta (laba ini sebenarnya merupakan capital gain).
Kalau misalkan perusahaan dikenakan pajak 20% atas capital gain tersebut, maka aliran kas dari nilai sisa ini adalah Rp. 12 juta – (Rp. 2 juta x 20%) = Rp. 11,6 juta.
Modal kerja yang digunakan oleh perusahaan akan selalu berputar setiap periode tertentu. Pada akhir umur ekonomis suatu investasi, modal kerja ini akan kembali ke posisi semula.
Artinya, setelah umur ekonomis aktiva yang bersangkutan habis, maka modal kerjanya tidak lagi terikat pada aktiva tersebut dan dapat digunakan untuk kegiatan yang lain.
Pada saat itulah modal kerja merupakan aliran kas masuk. Karena terjadinya hanya pada akhir umur ekonomis saja, maka aliran kas masuk yang berasal dari modal kerja termasuk dalam terminal cash flow.