Perkembangan Bursa Efek: Sejarah, Fungsi, dan Peranannya dalam Perekonomian

Pelajari sejarah, fungsi, dan perkembangan Bursa Efek di Indonesia serta peranannya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Bursa Efek merupakan bagian penting dalam sistem keuangan modern. Di sinilah perusahaan mencari modal dan investor mencari peluang keuntungan. Melalui bursa efek, kegiatan ekonomi menjadi lebih produktif karena dana masyarakat dialirkan ke sektor-sektor yang membutuhkan pembiayaan.

Perkembangan Bursa Efek mencerminkan kemajuan ekonomi suatu negara. Di Indonesia, perjalanan bursa efek mengalami dinamika panjang — dari masa kolonial, masa vakum, hingga kini menjadi pusat perdagangan saham terbesar di Asia Tenggara.

Artikel ini membahas sejarah, fungsi, mekanisme, hingga peran strategis Bursa Efek dalam perekonomian nasional.

Pengertian Bursa Efek

Bursa Efek (Stock Exchange) adalah tempat atau sistem yang mempertemukan pihak penjual dan pembeli efek seperti saham, obligasi, reksa dana, dan instrumen keuangan lainnya secara teratur dan resmi.

Bursa efek berfungsi sebagai wadah bagi perusahaan untuk menghimpun dana melalui penerbitan saham, serta bagi investor untuk membeli dan menjual efek dengan transparan dan aman.

Di Indonesia, kegiatan ini difasilitasi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), lembaga resmi yang mengelola seluruh aktivitas perdagangan efek nasional.

Sejarah Perkembangan Bursa Efek di Dunia

Bursa efek telah ada sejak abad ke-17, berawal dari perdagangan surat berharga di Eropa.

  • 1602: Bursa efek pertama berdiri di Amsterdam, Belanda, oleh Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) untuk memperdagangkan saham perusahaan dagang.
  • 1792: Bursa Efek New York (New York Stock Exchange – NYSE) dibentuk dan menjadi pusat keuangan dunia.
  • 1900-an: Bursa efek mulai berkembang di berbagai negara seperti London, Tokyo, dan Hong Kong.

Kemudian, dengan kemajuan teknologi dan komunikasi, bursa efek berevolusi menjadi sistem elektronik yang memungkinkan perdagangan global berlangsung dalam hitungan detik.

Sejarah Perkembangan Bursa Efek di Indonesia

Perjalanan bursa efek di Indonesia berlangsung dalam beberapa fase penting:

1. Masa Kolonial Belanda (1912–1940)

Bursa efek pertama di Indonesia didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada 14 Desember 1912 di Batavia (Jakarta). Saat itu, perdagangan efek masih terbatas pada obligasi pemerintah dan perusahaan-perusahaan Belanda.

Namun, kegiatan ini terhenti selama Perang Dunia II.

2. Masa Awal Kemerdekaan (1952–1977)

Pemerintah Indonesia berusaha mengaktifkan kembali pasar modal dengan menerbitkan Undang-Undang Darurat No. 13 Tahun 1952 tentang perdagangan efek.
Namun, kondisi ekonomi yang belum stabil dan nasionalisasi perusahaan asing membuat kegiatan bursa kembali vakum.

3. Masa Kebangkitan Pasar Modal (1977–1988)

Pada 10 Agustus 1977, pemerintah secara resmi mengaktifkan kembali pasar modal dengan peresmian Bursa Efek Jakarta oleh Presiden Soeharto.
PT Semen Cibinong menjadi perusahaan pertama yang mencatatkan saham di bursa.
Tanggal tersebut kini diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Pasar Modal Indonesia.

4. Era Deregulasi dan Modernisasi (1988–2007)

Pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan deregulasi untuk mendorong pertumbuhan pasar modal, seperti kemudahan emisi saham, pembentukan Bapepam, dan penerapan sistem scripless trading.
Pada 2007, Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) resmi bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

5. Era Digital dan Globalisasi (2007–Sekarang)

Perkembangan teknologi mempercepat transformasi perdagangan saham menjadi berbasis digital. Investor kini bisa melakukan transaksi online, sementara perusahaan-perusahaan baru (terutama startup teknologi) mulai masuk ke bursa.
Hingga kini, BEI menjadi salah satu bursa paling aktif di Asia Tenggara, dengan ribuan investor baru setiap tahunnya.

Fungsi Bursa Efek

  1. Sarana pendanaan bagi perusahaan.
    Perusahaan dapat memperoleh modal jangka panjang dengan menerbitkan saham atau obligasi.

  2. Sarana investasi bagi masyarakat.
    Investor dapat menanamkan modal dan memperoleh keuntungan dari dividen maupun kenaikan harga saham.

  3. Indikator kesehatan ekonomi nasional.
    Pergerakan indeks harga saham mencerminkan kepercayaan investor terhadap kondisi ekonomi suatu negara.

  4. Mendorong pemerataan ekonomi.
    Masyarakat dapat ikut memiliki perusahaan besar melalui pembelian saham publik.

  5. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas perusahaan.
    Perusahaan yang terdaftar wajib menyampaikan laporan keuangan secara terbuka kepada publik.

Struktur dan Pelaku Bursa Efek

Kegiatan di bursa efek melibatkan beberapa pihak utama:

  • Emiten: Perusahaan yang menjual saham atau obligasi ke publik.
  • Investor: Pihak yang membeli efek untuk mendapatkan keuntungan.
  • Perantara (Broker/Dealer): Anggota bursa yang membantu transaksi jual beli efek.
  • Bursa Efek Indonesia (BEI): Penyelenggara perdagangan efek.
  • Otoritas Jasa Keuangan (OJK): Lembaga pengawas industri keuangan, termasuk pasar modal.
  • Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI): Mengelola penyimpanan efek secara elektronik.
  • Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI): Menjamin penyelesaian transaksi antaranggota bursa.

Perkembangan Bursa Efek Indonesia Saat Ini

Dalam dua dekade terakhir, perkembangan BEI sangat pesat. Beberapa tonggak pentingnya meliputi:

  • Peningkatan jumlah investor domestik, terutama generasi muda.
  • Kemunculan perusahaan teknologi seperti GoTo dan Bukalapak di pasar modal.
  • Digitalisasi sistem perdagangan saham melalui online trading platform.
  • Peningkatan kapitalisasi pasar hingga ribuan triliun rupiah.
  • Program literasi keuangan untuk memperluas partisipasi publik.

Menurut data BEI, jumlah investor saham Indonesia telah meningkat dari kurang dari 500 ribu orang (tahun 2015) menjadi lebih dari 12 juta pada tahun 2025. Hal ini menunjukkan bahwa pasar modal kini semakin inklusif dan diminati masyarakat luas.

Peran Bursa Efek dalam Perekonomian Nasional

  1. Mendukung pembangunan ekonomi.
    Dana masyarakat diinvestasikan dalam kegiatan produktif, memperkuat sektor riil dan menciptakan lapangan kerja.

  2. Meningkatkan pendapatan negara.
    Melalui pajak transaksi, dividen, dan keuntungan modal, bursa efek berkontribusi pada penerimaan negara.

  3. Menjadi sarana pembiayaan berkelanjutan.
    Perusahaan dapat mengakses modal tanpa bergantung pada pinjaman bank.

  4. Meningkatkan daya saing global.
    Bursa efek yang sehat mencerminkan kekuatan ekonomi nasional dan menarik investasi asing.

  5. Memperluas kepemilikan publik.
    Masyarakat dapat memiliki saham perusahaan besar, menciptakan ekonomi yang lebih partisipatif.

Tantangan dan Arah Pengembangan Bursa Efek

Meskipun berkembang pesat, Bursa Efek Indonesia masih menghadapi tantangan:

  • Literasi pasar modal di masyarakat masih terbatas.
  • Fluktuasi ekonomi global memengaruhi stabilitas harga saham.
  • Ketimpangan jumlah investor antara wilayah perkotaan dan daerah.
  • Kebutuhan akan inovasi produk investasi yang lebih beragam dan mudah diakses.

Ke depan, BEI berkomitmen memperkuat digitalisasi, memperluas partisipasi investor ritel, dan mengembangkan produk hijau (green bonds, ESG investing) untuk mendukung ekonomi berkelanjutan.

Kesimpulan

Perkembangan Bursa Efek mencerminkan kemajuan sistem keuangan dan perekonomian Indonesia. Dari awal yang sederhana di era kolonial hingga menjadi bursa modern berbasis teknologi, BEI kini menjadi motor penggerak investasi dan pembangunan nasional.

Melalui perannya sebagai penghubung antara dunia usaha dan masyarakat, Bursa Efek tidak hanya mempercepat pertumbuhan ekonomi, tetapi juga membuka kesempatan bagi setiap individu untuk menjadi bagian dari pembangunan bangsa melalui investasi yang cerdas dan bertanggung jawab.